Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Kamis, 20 Maret 2014

[ Fiksi ] SAHABAT (1)

Gambar dari sini


Hari ini, Karen berangkat ke kampus dengan perasaan bahagia. Sangking bahagianya, sepeda motornya dilaju dengan kecepatan tinggi. Coba saja Ayahnya tahu, pasti bakal kena omelan panjang tanpa buntut, alias tidak ada akhirnya. Tapi bagi Karen, tiada hal yang lebih indah dari datang ke kampus secepat mungkin dan bertemu dengan sahabatnya - Ajeng.

Sahabat? Sebetulnya ini kata baru dalam kamus hidup Karen. Sebelumnya, dia tidak pernah menuliskan satu nama pun di dalam kamusnya, terutama pada lembar berjudul S-A-H-A-B-A-T. Namun, kebahagiaan beberapa hari yang lalu, membuatnya yakin, menuliskan nama Ajeng di sana. Karen bukan anak orang kaya yang hidupnya serba terpenuhi dan tanpa masalah. Justru Karen adalah anak dengan kehidupan yang pas - pas-an dengan berjuta masalah yang selalu menguntitnya. Karen juga bukan tipe gadis yang mudah terbuka dengan orang lain, justru cenderung tertutup, meski sebetulnya temannya seabrek. Dia merasa takkan ada yang mampu mendengarkannya dengan tulus dan memberikan solusi atas masalah-masalahnya.

Namun tidak beberapa hari kemarin, semenjak dia mematrikan nama Ajeng sebagai sahabatnya. Ajeng yang selalu rela mendengarkan berjam-jam curhatannya. Ajeng yang selalu menghiburnya saat dia merasa tak berdaya. Ajeng yang selalu menawarkan kamar kos-nya sebagai tempat singgahan baginya. Ajeng yang manis, lemah lembut.....ahhh pokoknya semua hal baik yang dibutuhkan pada seorang sahabat, ada di Ajeng. Maka baginya, setiap hari, kampus, tempat dimana dia akan bertemu dengan Ajeng, adalah surga dunia nomer 1.

Setelah hampir setengah jam memacu motor di jalanan, akhirnya Karen sampai dikampus. Dilangkahnya kakinya dengan cepat, tak sabar untuk segera sampai di ruang kuliahnya hari ini. Ada cerita baru yang ingin dibaginya pada Ajeng. Karen terus berjalan melewati mahasiswa dan mahasiswi lain yang masih sibuk menggosip sambil menunggu dosen mereka datang. Setelah melewati beberapa ruangan, Karen pun sampai di ruang yang ia tuju.

Saat Karen melangkahkan kakinya masuk ke ruangan, dilihatnya Ajeng sedang duduk di pojok ruangan bersama beberapa teman kuliah mereka. Ajeng yang membelakanginya itu terlihat sedang asyik bercerita. Suaranya yang tidak bisa dibilang kecil, membuat apa yang sedang diceritakan Ajeng saat itu dapat didengarnya.

'Dia curhat macem-macem, kebanyakan masalah tuh si Karen, cerita Ajeng'.
'Kasihan aja sih akunya, makanya aku belagak betah dengerin curhatannya, lanjut Ajeng'

Degggg......rasanya dunia saat itu runtuh di atas kepalanya. Karen menghentikan langkah kakinya. Di lihatnya beberapa teman yang sedang mendengarkan cerita Ajeng berusaha memberikan kode kepada Ajeng, bahwa dirinya ada di dekat mereka. Ajeng berbalik. Wajahnya terlihat sangat terkejut. Karen berusaha menahan perasaan sedihnya. Dengan langkah gontai,dia berjalan menuju meja di dekatnya, dan duduk dengan wajah tanpa ekspresi.

Karen bersikap seolah tak ada hal yang luar biasa terjadi hari itu. Dia tetap menyelesaikan kuliahnya. Tapi tak ada satu kata pun keluar dari bibirnya. Wajahnya datar, pias......Selesai kuliah, Karen kembali memacu motornya menuju rumah. Wajahnya keras bagai batu, namun airmata terus menetes membasahi wajahnya di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Berbagai rencana berseliweran di kepalanya. Huh.....apa Ajeng lupa, bukan hanya dia yang curhat, tapi Ajeng pun begitu. Apa dia lupa, curhatan terakhirnya, hal yang sangat memalukan bila saja diketahui orang lain, apalagi teman-teman kampus? Apa dia lupa, aku memegang kartu As-nya ? Dengan hati yang sakit, Karen berniat membalas perbuatan Ajeng padanya. Tapi, kemudian hati kecilnya bertanya, 'Lalu apa bedanya kamu dengan dia, jika kamu pun tidak bisa memegang janjimu untuk merahasiakan masalah ini dari siapapun?' Karen bergulat dengan hatinya sendiri. Namun ternyata, kali ini, kebaikan hatinya telah menang. Karen memutuskan tak ingin menjadi manusia jahat yang sama.

Karen hanya menyesali diri. Mempercayakan hatinya pada Ajeng, sosok sahabat yang dia pikir telah ditemukannya, ternyata keputusan yang salah. Karen berusaha untuk menata hatinya. Lembaran berjudul S-A-H-A-B-A-T itu pun telah di -putih- kannya. Beberapa kali terluka, membuat Karen tak lagi ingin bermimpi untuk mempunyai nama lain yang akan ditorehkannya di lembar itu. Dan semenjak itu, Karen menutup hatinya. Entah sampai kapan.....



#pokoknyamenulis:-)


6 komentar:

  1. Huoo.. fiksi nih.. keren ;)

    BalasHapus
  2. Iya mbak Noe.....baru pertama kali nyoba...
    Malu ah...sama yang senior hehehe...
    Tq komennya ya mbak...
    :-)

    BalasHapus
  3. leading ke konfliknya kurang menggigit, heheheh :D

    BalasHapus
  4. ya mas wib. iki asline bukan cerpen juga. soale memang mau menggambarkan satu frame dari cerita yg panjang sebetulnya. jd bkn cerita yg sdh utuh. Apa yanamanya kalo kyk gini?*sendirinya gak tau...hehehe
    tengkiyu masukkannya ya :)

    BalasHapus
  5. Huh.. Ajeng,,, Kamu ternyata yah..

    Sad Ending ternyata..

    Karen Tetap semangat yah, cari sahabat.. ^^

    BalasHapus
  6. Iya mbak Ayunda Slamet...
    Ternyata mencari sahabat itu butuh perjuangan..
    Ini sudah ke-sekian kali Karen tertipu
    Semoga masih akan membuka hatinya untuk nama yang lain...

    Hehehehe....jadi dilanjutin fiksinya.
    Makasih ya Mbak, dah mampir....
    :-)

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir di blog ini. Feel free to make any comment yaaa...