Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Jumat, 15 Agustus 2014

Road To Sabang, Weh island, Aceh.



Sudah beberapa tahun ini, setiap kali mudik Lebaran, baik ke Jakarta maupun ke Pangkalan Berandan, kami sekeluarga berusaha untuk mencari destinasi rekreasi maupun traveling terdekat. Ini diakibatkan karena keterbatasan hari cuti dan keterbatasan dana. Hehehe. Jadi, setiap kali mudik harapannya bisa dibarengi dengan travelling ria bersama anak-anak.

Tahun lalu, sambil mudik ke rumah orang tua di Jakarta, kebetulan kami dapat tiket AA murah ke Yogyakarta. So jadilah anak-anak melihat bagaimana besar,luas dan indahnya Candi Borobudur, melihat-lihat keraton plus indahnya kereta-kereta kencana para raja plus naik andhong keliling malioboro.

Dan alhamdulillah, tahun ini, mudik pun kami isi dengan menambah perjalanan darat kami dari pangkalan berandan Sumatera Utara, hingga ke ujung Barat Indonesia, yakni Sabang, Pulau Weh, Aceh.

Perjalanan kami mulai dari Pangkalan Berandan menuju Lhokseumawe, Aceh utara. Perjalanan darat ini ditempuh dalam waktu +/- 5 jam. Besoknya kami lanjutkan perjalanan dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh yang ditempuh dalam waktu +/- 6 jam. Untuk sampai ke Sabang, Pulau Weh, maka kita harus menyeberang mengarungi Samudera Hindia menggunakan kapal Ferry/roro (bagi penumpang maupun kendaraan bermotor) atau bisa juga menggunakan kapal cepat (khusus penumpang).



Narsis di Kapal Ferry


Dari pengalaman liburan kemarin, ada 2 jenis kapal Ferry atau roro untuk penyeberangan Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh menuju Pelabuhan Balohan di Sabang. Ferry atau roro yang lebih kecil memakan waktu sekitar 3 jam lebih untuk sampai di tempat tujuan, sementara Ferry atau Roro yang muatannya lebih besar hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam saja. Sementara tarifnya sama saja.Tapi kalau ingin tiba lebih cepat,sebaiknya menggunakan kapal cepat yang hanya menghabiskan waktu sekitar 45 menit saja.

Tarif Ferry/Roro Pelabuhan Ulee Lheue - Balohan.
- Dewasa: Rp. 23.000
- Anak-anak : Rp. 13.000
- Mobil + sopir : Rp. 190.000

Untuk yang berniat membawa kendaraan bermotor ke atas kapal ferry/roro,yang paling penting adalah tiba lebih awal, terutama sepeda motor,karena berlaku sistem antrian untuk masuk ke kapal. Seharusnya sih, itu juga berlaku untuk mobil atau kendaraan roda 4. Tetapi pengalaman kemarin, karena kami berangkat pas peak season, secara masih lebaran, jadi yang ngantri ampun-ampun ramenya. Dan yang ngeselin, sistemnya gak ngantri gitu, tapi daftar dulu ke petugas bahkan daftarnya bisa lewat sms atau nitip ke rekan yang sudah nyampe duluan di pelabuhan. Gimana gak bikin banyak orang sewot tuh. Karena jika belum terdaftar, maka kendaraan kita gak akan dibolehkan masuk ke kapal meskipun secara antrian kita sudah di depan pintu masuk. Beberapa pengendara dari luar daerah, termasuk dari Medan,yang tidak tahu menahu aturan ini menjadi sangat kesal karena mobil mereka yang sudah di depan gerbang, justru disuruh minggir untuk membiarkan kendaraan lain dibelakangnya masuk. Argghhhhh.....Entah apa yang beginian terjadi juga saat bukan masa liburan.

Sebagai info tambahan, di kapal ferry, ternyata ada yang tempat duduknya hanya ada pada satu dek saja. Tempat duduknya lebih nyaman tapi sangat terbatas. Sementara di dek atas hanya ada restoran dengan meja-meja bundar dari besi. Di dek ini, banyak penumpang yang tidak kebagian tempat duduk, menempati ruang-ruang dia antara meja bundar itu dengan matras yang disewakan oleh awak kapal.

Sewa Matras di Ferry :Rp. 10.000

Tambahan lain, melintasi Samudera Hindia ini, jika anda beruntung, anda akan bertemu dengan sekumpulan ikan lumba-lumba yang berenang-renang sangat dekat dengan kapal. Saat menyebrang ke Sabang, kami belum bertemu dengan kawanan lumba-lumba, tapi saat kembali, Fadhli berteriak senang karena banyak sekali kawanan lumba-lumba yang berenang di kiri dan kanan kapal ferry yang kami naiki. Bukan hanya fadhli, tapi hampir semua penumpang kapal histeris....:-D

Pelabuhan Balohan hanya sebuah pelabuhan kecil saja, namun cukup ramai, apalagi di musim liburan. Benerrrraaannn....yang mo nyebrang ke Sabang tuh ruameenyaaa minta ampun lho....Sesampainya di Balohan, kami langsung tancap gas ke Iboih Beach, menuju Finna Bungalow tempat kami menginap. Keponakan saya sudah membooking 2 kamar untuk kami di Finna Bungalow melalui seorang teman German-nya. Senang sekali, kami dapat kamar yang sangat strategis, berada dekat sekali dengan bibir pantai Iboih, berada di lantai 3, dengan view langsung ke pantai Iboih dan Pulau Rubiah di seberangnya. Subhanallah, indaaahh. Kami menginap untuk 3D2N saja.

Tarif sewa kamar Finna Bungalow : Rp. 350.000/hari.
Fasilitas  : AC, Wifi, TV, Dispenser ( Hot water), tanpa breakfast.


Pemandangan dari kamar kami di Lantai 3 Finna Bungalow


Di sekitar pantai Iboih juga banyak kamar-kamar sewa tanpa AC yang didirikan di atas batu-batu pantai. Udara dingin dari angin sepoi yang bertiup sudah cukup bikin dingin, apalagi saat malam hari. Biasanya para backpaker pada seneng nginep di sini. Terutama para bule-bule yang pada betah banget di Sabang. Tarifnya lebih murah, sekitar Rp. 150.000 saja.


Foto dengan latar Kamar yang dibangun di atas batuan pinggir pantai. *sssttt....fadhli lagi ngambek*

Sumber pic


Jarak dari Kota Sabang ke Iboih beach sekitar 22 Km dengan jalan yang sempit dan berkelok. Namun jangan kuatir, anda dijamin tidak akan menyesal walau sudah menempuh jalan-jalan sempit yang sulit dan terkadang bikin perut terasa terbolak-balik. Dan meskipun jaraknya lumayan jauh, jangan kuatir, kalau soal makanan, banyak warung-warung nasi disekitaran Iboih beach. Kalo soal ATM, ada BNI dan BRI tempat anda menyedot kas di tabungan anda....hahahaha. Pokoknya yang bisa pake ATM bersama bisa nyedotlah di Iboih Beach tanpa harus ke kota dulu ;-P


Daaaannn...yang paling bisa bikin seru adalah kegiatan Snorkeling dan Diving. Di sekitar pantai Iboih banyak sekali pendatang dari dalam maupun luar negeri maupun penduduk setempat yang sekedar main air atau pasir maupun yang snorkeling. Tapi kalau mau snorkelingnya lebih seru, kita nyebrang dulu ke pulau Rubiah. Di sana ada taman laut dimana ikan-ikannya lebih beragam dan warna warni. Suerrr bikin betah banget. Kagum lihat keindahan terumbu karang dan beragam jenis ikan yang hampir gak pernah diriku lihat selain di tipi...hehehe. 


Pulau Rubiah - Terletak di seberang Iboih Beach.


Nyebrang ke pulau rubiah bisa sewa boat. Ada 2 macam boat yang disewakan di sana. Satunya boat biasa yang muatannya bisa 10 penumpang. Satu boat lagi ada kaca di bagian tengah boat, yang fungsinya, agar para penumpang bisa melihat ikan-ikan yang sedang berenang di air selama kapal boat menyeberang ke Pulau Rubiah.Seru kan....Tarifnya, tentu beda lah yaww....hehehe. Tapi sebelum berangkat, jangan lupa minta no hp si empunya boat ya...jadi kalo kita udah puas main dan snorkeling di pulau Rubiah,tinggal call deh minta dijemput. Begitu....

Tarif sewa boat ke Pulau Rubiah:
- Boat Biasa : Rp. 200.000 pp
- Boat dengan kaca/aquarium:Rp.350.000 pp

Kami memilih naik boat biasa saja dan bergabung dengan pengunjung lain dari Idi Rayeuk, Aceh Timur. So....bayarnya jadi lebih murah. Kami hanya membayar Rp. 60.000 saja, sisanya ditanggung mereka yang memang berjumlah lebih banyak. Yang dihitung hanya orang dewasa saja @ Rp. 30.000. Sepertinya, ini juga bisa jadi tips untuk bisa menyeberang dengan membayar lebih murah. Apalagi untuk keluarga muda dengan anak-anak yang masih kecil, lebih hemat deh....hehehe...



Pose di Boat - Uhuyy


Kalo mau diving, tempatnya agak di tengah laut. Dan pastinya lebih seru ya. Sayang kami belum bisa merasakan, soalnya anak-anak belum bisa, kasihan kalo harus ditinggal. Sebenernya suami sih bolehin ikut diving ama ponakan bareng temen-temen bulenya...tapi kok rasanya gak nyaman aja, apalagi bahasa inggrisku yang parah...hahahaha...so...aku bersabar deh, sampai nanti bisa merasakan diving, Amiin...;-)



Untuk melakukan kegiatan Snorkeling membutuhkan peralatan-peralatan seperti snorkle + goggle dan pelampung. Snorkle itu pipa yang bentuknya seperti huruf J yang sebelah bawahnya ada pelindung mulut, tempat untuk kita bernafas saat melakukan snorkeling. Gogglenya bukan hanya nutup ke mata aja, tapi juga sampai ke bawah hidung, karena pada saat melakukan aktifitas ini, kita bernafas dari mulut bukan hidung. Sementara pelampung sangat membantu bagi mereka yang belum bisa berenang. Karena snorkeling ini juga sama dengan skin diving lah ya...jadi memang sebetulnya kita gak perlu nyelam, hanya mengapung di atas air sambil bisa menikmati indahnya terumbu karang beserta flora dan fauna di bawah air. Snorkeling sama sekali gak sulit, bahkan anak sulungku, Kak Ciwa, setelah ke-4 kali mencoba, sudah bisa teriak heboh karena bisa melihat ikan-ikan yang berenang di sekitarnya dengan sangat jelas, meski sebelumnya keminum air laut yang katanya asiiiiin banget....hehehe. Tapi dek fadhli belom bisa, setelah beberapakali tertelan air, akhirnya anak cowokku ini memutuskan bermain di bibir pantai plus membuat istana pasir...:-)


Bermain Pasir

Bermain pasir bersama Tour Guide Pribadi Kami- Ningtong-




Tips Snorkeling.

O ya tips deh buat yang mau snorkeling. Di antara para terumbu karang, ada banyak banget bulu babi. Tau bulu babi gak? Sebutan lainnya Landak Laut atau Sea Urchin. Binatang laut yang satu ini bentuknya bulat dan berduri-duri gitu dengan mata yang berkilat *seyem*. Kalo kena kaki, lumayan sakit dan bikin gak nyaman. Meski katanya nanti juga kalau durinya sudah busuk keluar sendiri. Biasanya masyarakat setempat menganjurkan dipukul-pukul pake kayu atau batu supaya durinya hancur. Ada juga yang disiram pake cuka. Supaya terhindar, beberapa penikmat snorkeling melengkapi dirinya dengan sepatu selam atau boot selam atau sepatu selam yang seperti kaki katak itu juga bisa. Tapi kalo aku sih gak nyaman pake kaki katak itu, sementara yang boot biasanya di sewakan sekalian peralatan lain untuk Diving. So....tipsnya aku : Selalu berenang, jangan menurunkan kaki ke bawah. Bahkan jika kita menggunakan pelampung, kita bisa terus berenang hingga ke tepi pantai dimana tidak ada lagi si landak laut. Cara ini ampuh untuk kita ber-4. Alhamdulillah gak satupun dari kita yang kena. Ciwa juga aku wanti-wanti untuk selalu mengangkat kakinya ke atas (berenang).

Penampakan si bulu babi. Sumber pic.

Ke sabang tapi gak Snorkeling ? Rugiii bangeeeettttt,.....;-)

Tarif Sewa Peralatan Snorkeling:
- Pelampung/Goggle_snorkle/Kaki katak : @ Rp. 15.000
- Pelampung +goggle+snorkle+kaki katak : Rp.40.000
 
Yang bikin aku sedih nih ya....kami gak punya kamera underwater yang bisa mengabadikan saat para ikan lucu dan unik itu pada main di dekat kami. Bahkan ada salah satu ikan berwarna hitam dengan ekor berbentuk bulan sabit sempat  mematok ujung jari telunjuk kananku saat aku tengah menunjuk-nunjukkan jari ke salah satu ikan berwarna biru dengan tubuh agak lonjong yang atraktif banget bermain pasir. Hiks. Dan yang paaaaling menyebalkan adalah : sore hari saat kita kembali ke penginapan, kita dapat info bahwa di sana disewakan kamera underwater !!!..Waaaaaaaaaaaa.......*tendang kursi*. Padahal besoknya kita dah harus go dari Sabang karena ponakan sudah pesen pesawat untuk balik ke Bali esok harinya.....Nangis bombay deh akuuu....*air mata darah*

So...tips tambahan : Jangan lupa menyewa kamera underwater.
Tarif sewa kamera underwater: Rp. 150.000- 200.000

O ya, kalo ke Iboih Beach, jangan lupa meng-abadikan diri di jembatan yang berbentuk huruf T yang ada di pantai itu ya. Soalnya, banyak sekali cerita dan foto tentang Sabang yang mengambil backgroungd jembatan ini. Jadi seperti landmark Iboih beach dan Sabang juga deh kayaknya. Meski bermodalkan kamera hp dengan hasil pas-pas-an, kami tetep narsis foto di situ..*ketawangakak*


Narsis ahhhh....:-)

Foto lain jembatan di Iboich Beach. Sumber Pic.



Obyek wisata dan tempat narsis lain yang sempat kami datangi kemarin adalah Tugu NOL KILOMETER INDONESIA. Wawawaw...tempatnya berangin bangeettt...secara terletak di ujung Pulau Weh. Banyak yang jualan kaos-kaos bergambar landmark yang ada di Sabang. Sebagai informasi aja ya...sudah beberapa kaos yang kami beli di Banda Aceh untuk oleh-oleh sanak sodara, bahan kaos yang ada di sabang ini justru lebih tebal, halus dan krahnya juga bagus gak gampang melar. Harganya emang beda dikit, tapi hasilnya puas lho....So...jangan gak beli kaos di Sabang yakkk....;-)

Harga Kaos bergambar LandMark:
- di Banda Aceh : saya dapet 4 buah Rp. 120.000.
- di Sabang : @ Rp. 40.000 - 55.000 tergantung ukuran *ini udah berantem mulut ama yang jual..hahahaha*




Kilometer Nol Indonesia-Sabang-


Kalau mau jujur, 3 hari 2 malam menikmati Sabang tuh gak cukup. Jangankan lihat-lihat wisata lain di daerah Sabang, untuk ber-snorkeling or ber-diving ria aja belum puasss. Belum lagi ke air terjunnya, belum lihat pantai dengan pasir hitamnya.....hiks....

Meski berkali-kali anak-anak demam saat liburan ke Sabang, tapi main airnya tetap tidak terelakkan, secara gak ada pantai di Pekanbaru. Diriku pun gak luput dari sakit, diare dari pagi ampe pagi lagi *mules ingetnya*.Sementara suami migren....huaaaa.....Anyway...ke Sabang lagi? Gak nolaaakkkk....hehehehe.

Demikianlah berita tentang jalan-jalan ke Sabang tahun ini. Kita lanjutkan tahun depan.*berita kaleee*

Yaaa....pokoknya kalo ke Aceh, jangan gak ke Sabang yaaaaa.....:-) *senyum manis sambil ngerling genit dan ditimpuk sendal*