Fadhli meraung, menangis heboh sambil memegang pipinya. Tak sampai hati aku melihatnya. Kupeluk anakku itu dengan erat.D uuuh...gimana ini. Padahal proses perawatan giginya belum lagi selesai.
Sebelumnya, fadhli gak pernah takut ke dokter gigi. Bahkan saat giginya masih baik-baik aja, fadhli suka sekali minta naik ke kursi untuk pasien, saat bawa Kak Ciwa berobat gigi. Bukan buat ditambal ato lainnya, hanya minta bu dokter liatin giginya dan....selesai :-)
Bahkan saat giginya pun mulai berlubang dan harus menjalani proses tambal, dia baik-baik aja. Pun saat gusinya bengkak karena lubangnya sudah cukup dalam. Trauma dimulai saat masih dalam perawatan, gusi yang tadinya sudah baikan, bengkak dan meradang lagi. Setiap kali mau makan, fadhli mengeluh sakit, meski gak sampai heboh gak mau makan. Sampai suatu kali, saat aku membawanya ke dokter gigi langganan anak-anak. Melihat gusi fadhli yang kembali memerah, ibu dokter pun berpura-pura menggerakkan kapas yang biasa dibuat untuk menahan air liur ke arah gusi yang bengkak sambil menyemprotkan angin di sekitar gusi. Alih-alih berharap cara demikian membuat rasa sakitnya tak terlalu terasa, justru fadhli menjerit kesakitan dan berontak.....Dari situlah, fadhli mulai takut ke dokter gigi, takut bor-nya, takut semprotan angin-nya yang kata fadhli bikin sakit. Dan sulit sekali mengajaknya berkompromi, padahal urusan giginya belum kelar....
Mau tak mau, aku cuma bisa kasihan saat fadhli mengeluh sakit gigi. Pada kedatangan terakhir ke dokter gigi tersebut, gigi fadhli sudah ditambal setengah. Tapi tiba-tiba saja dia menangis keras dan berontak. Alhasil, tambalan tetapnya belum penuh dan sempurna. berapa kali dibujuk oleh papanya, fadhli tetap tak bergeming dan terus menolak. Aku kuatir sekali, lubang yang masih ada karena tambalan belum penuh itu mudah dimasuki makanan dan mudah terbuka lagi.
Dan benar saja, gigi fadhli kembali sakit. Yang bikin tambah bingung, sakitnya datang saat kita sedang di luar kota, di Bandung. Aku dan papanya panik, mau dibawa kemana. Beruntung sekali, saat itu kami sedang bersama adikl aki-laki ku yang keluarga mertuanya memang berdomisili di sana. Adikku menyarankan untuk membawa fadhli ke dokter langganannya di RS. St Boromeus, yang jaraknya dekat sekali dengan hotel tempat kami menginap.
Kartu Berobat Fadhli |
Kami masuk ke bagian BCMC (Boromeus Children Medical Centre). Setelah mendaftar dan berada di ruang tunggu, aku masih kuatir, kalau nanti fadhli menolak untuk diobati. Cukup lama juga kami menunggu, sampai dengan nama fadhli dipanggil. Aku langsung menjelaskan keadaan fadhli dan trauma yang pernah dialaminya plus kekuatiranku bahwa dia akan menolak diobati. Sang dokter pun mengangguk mengerti dan segera mendekati fadhli.
Baru kali itulah,aku merasa,fadhli di -entertain sedemikian sehingga dia merasa nyaman, aman dan menyelesaikan perawatan giginya hari itu. Luar biasa gembira rasanya. Sejak awal aku sudah memperhatikan ruangan dan perawat serta dokter dalam ruangan itu. Seorang perawat khusus hanya mengurusi pendaftaran dan pemanggilan pasien. Sementara perawat satunya bertugas menemani sang dokter, mengajak fadhli bercerita, memuji keberanian fadhli dan lain-lain. Pokoknya mengalihkan perhatian fadhli dari rasa sakit !!!
Fadhli bukannya tak mengeluh dan nangis kesakitan. Wong gusinya bengkak. Pada saat cairan obat disemprotkan ke giginya, fadhli menangis kesakitan, tapi sang dokter dan perawat dengan sigap dan cepat mengajaknya berkumur, memujinya dan terus mengajaknya bercerita.
Sisi lain di ruang Dokter gigi. Ada tivi dengan tayangan kartun. |
Televisi dengan tayangan film kartun di bagian depan kursi pasien pun cukup membantu mengalihkan perhatian fadhli. Hingga tak sedikit pun kata-kata bahwa takut bor atau semprot angin dan lain-lain keluar dari bibir fadhli.....Aku dan papanya yang sedari tadi tegang dan was-was menunggu akhirnya menjadi lebih tenang. Hingga akhir, fadhli gak berontak. Malah setelah turun dari kursi, senyumnya lebaaaaar banget. Dan tambah senang saat dikasih hadiah stiker pahlawan oleh Dokter.
Tentu saja apa yang dilakukan oleh dokter adalah masih proses perawatan. Aku pun menjelaskan kalau hanya ada tugas beberapa hari saja di Bandung dan tidak mungkin kembali dalam waktu beberapa hari ke depan untuk membawa fadhli berobat. Dokter memaklumi dan mengatakan bahwa sudah tidak ada masalah dengan gigi fadhli. Namun paling lama 3 minggu harus dibongkar untuk ditambal permanen.
Meski sempat terasa kuatir dimana di pekanbaru prakter dokter gigi anak yang seperti di RS St.Boromeus. Tapi alhamdulillah sampai sekarang belum ada keluhan dari fadhli. Meski sekarang sudah harus nyari dokter gigi yang tepat lagi buat fadhli ;-D
Berharap ketemu tempat yang tepat buat fadhli di pekanbaru, plus ditanggung asuransi kesehatan yang kami punya....hahahahaha....#kalo ini mah mimpi terus dah....Kalo di St Boromeus yang diterima cuma Kartu Platinum....yang aku pegang cuma Silver....hahahaha.
#curcol nih aselinya....... ;-)