Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Jumat, 12 Februari 2016

Makin Tua Harus Makin Romantis :-)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Akhirnya, setelah baby Zahra 4 bulan lebih dan pekerjaan terasa lebih longgar sedikiiit bisa juga kembali intip-intip blog ini. Cerita hamil dan persalinan baby Zahra pun tak mampu rasanya dibendung, berdesakan bagai aliran air yang siap membuncah. Tapi posting hari ini belum tentang baby Zahra :-). Maybe next time.

Ini postingan yang sejak hamil tua kemain ditunda terus. Semoga hari ini bisa kelar. 

Proses kehamilan dan kelahiran Zahra membawa warna baru dalam hidup keluarga kami pastinya. Terutama saya dan suami. Usia yang tak lagi muda, kelelahan yang lebih hebat dari biasanya membuat saya jauh lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Otomatis ketergantungan terhadap suami pun bertambah besar. Di sini mungkin ketabahan dan kebaikan hati suami itu diuji ya. Bayangkan saja, ibu yang hamil muda dengan kondisi seperti saya (all day sickness), mau tidak mau memaksa suami untuk punya tingkat 'care' yang sangat tinggi. Dan banyak hal membahagiakan yang terjadi tentunya jika kita diperhatikan dengan luar biasa. Romantisme yang bikin iri. Hahahaha.

Ini yang ingin saya ceritakan. Romantisme pasutri. Whehe berat ini karena sebelumnya belum pernah menulis yang nyerempet-nyerempet beginian. Tapi belajar menulis konten yang berbeda boleh lah yaa.

Dulu, mungkin yang namanya romantis itu adalah diberi surprise hari lahir dengan beberapa kuntum mawar merah mekar nan harum plus coklat tobl***ne yang gede. Rasanya udah seneng banget. Bagi pasutri, tentunya jauh lebih banyak kategori romantisnya. Sebut saja semisal mencium tangan suami atau suami mencium kening istri, membuatkan sarapan saat istri mengalami morning sickness, surprise hari lahir yang direncanakan dengan anak-anak dan masih banyak lagi. Bahkan mungkin bagi kebanyakan pasangan muda, romantis itu ya gak jauh bedalah sama kategori romantis di pelem korea. Bukan generalisasi loh ya, tapi  setidaknya saya sendiri dulu mengkategorikan romantis begitu.

Sumber : Google

Tapi beberapa waktu belakangan penilaian tentang romantis itu bergeser cukup signifikan. Dan terasa sangat kuat saat-saat hamil tua kemarin. Sepertinya faktor U ini ya, secara tak lama lagi menuju kepala 4. Tua....ya saya mulai tua. Sudah harus lebih tau diri :-). Saat semakin tua, romantis itu tak lagi hanya persoalan dipeluk, disayang, dimanja dan teman-temannya, tapi jauh lebih menyentuh ke dalam hati, jiwa. Sekali lagi, ini mungkin faktor terbesarnya adalah karena penambahan umur :-)

Lalu, apa arti romantis bagi pasangan yang sudah menikah dengan umur yang tak lagi muda ? Mungkin saat itu romantis bermakna :

  • Saat suami/istri saling mengingatkan bahwa usia semakin bertambah, yang berarti jatah hidup semakin sedikit. Dengan tutur yang penuh kasih berharap agar persiapan kehidupan yang kekal bisa bersama-sama disiapkan dengan lebih baik.Menyadari kekurangan dan membahas solusi untuk bisa bergerak ke arah yang baik.
  • Pillow talk yang diisi dengan cerita tentang anak-anak. Diskusi yang dalam dan panjang tentang pola asuh yang telah diterapkan. Menyadari kesalahan yang telah dibuat, merencanakan dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk memperbaikinya di waktu mendatang.
  • Panggilan lembut dini hari, ajakan untuk mendekatkan diri ke Sang pencipta. Bersabar meski pasangan harus dibangunkan lebih dari satu kali. Dan di kesempatan lain menegur dengan canda agar lain waktu lebih mudah untuk dibangunkan.
  • Terbangun malam, melihat suami/istri sedang terbangun juga dan memperbaiki selimut pasangan dan anak-anaknya. 
  • Saat suami/istri saling berbagi informasi yang baik dan bermanfaat lewat media apa saja, termasuk media sosial. Dengan harapan dapat menjadi referensi yang baik bagi keluarga, membahasnya di rumah, menentukan apa yang bisa diterapkan di rumah.
  • Saat suami/istri membawa pulang 'hadiah' unduhan file-file ceramah agama untuk didengarkan bersama di rumah, bersama pasangan dan anak-anak. Mengambil hikmahnya.
  • Saat menangis bersama karena kekuatiran apakah Allah SWT ridho menghapuskan dosa-dosa dan apakah amal ibadah kita diterima oleh-Nya.
  • Saat melihat suami/istri dengan penuh kasih membimbing anak-anak, menemaninya bermain, berusaha untuk sabar dan bersungguh-sungguh memperbaiki apa yang tidak tepat sebelumnya. Meski setiap kali dapat terjerumus dalam kemarahan dan ketidak sabaran. Menyadari bila anak-anak adalah titipan, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. 
  • Tangisan pasangan karena merasa masih sangat jauh dari tuntunan Rasulullah dalam memperlakukan istri/suami.
  • Menyediakan waktu untuk berbagi ilmu yang dituntut diluar rumah, untuk dibagikan kepada keluarga. 
  • Saat suami menyampaikan ketakutannya akan murka Allah SWT jika dia tak mampu membimbing keluarganya pada jalan yang benar.
  • Saat pasangan menyampaikan bahwa di dalam setiap tengadah-an tangannya, maka dia memintakan kebaikan bagi pasangannya.
  • Segala nasehat-nasehat penuh makna dan dalam untuk bisa memperbaiki diri. Menyampaikannya karena menyayangi pasangannya. Mengingatkan bahwa hidup tak lama, apa yang sedang dicari sebenarnya. Apakah tujuannya sudah benar untuk persiapan akhirat ataukah belum. Saling mengingatkan jika mulai lupa.
Pastinya ada banyak hal romantis lain yang sentuhannya adalah jiwa. Yang tujuannya akan menyatu dengan tujuan pernikahan yang hakiki, meraih ridho Sang Pencipta. Romantisme yang diharapkan akan membawa kepada kebaikan yang lebih besar lagi. Semoga.

Yuk semakin romantis dengan pasangan. Semoga menjadi amal ibadah yang disukai oleh Allah SWT, Amiin.



12022016
#hidup adalah proses belajar tanpa henti
#masih terus berusaha dan berharap mendapat kebaikan
#merendahkan diri untuk berbagi
#Astaghfirullah