Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Senin, 16 Februari 2015

12th Anniversary




15 February 2015, tahun ke-12 sejak pertama kali kami memutuskan menjalani biduk rumahtangga. Suka dan duka dan berbagai cobaan serta kebahagiaan kami lalui bersama. Aku bersyukur, dari segala hal baik dan buruk yang singgah, Allah SWT masih menguatkan hati-hati kami. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga keluarga kecil kami atas iman, kebahagiaan dan pengertian, Amiiin.


Aku tak biasa memberi surprise. Bukan karena tidak menyukai surprise, tapi hampir tak punya cara untuk mencoba membuat surprise. Bagaimana tidak, aku terbiasa info ke suami kemana pun aku pergi. Bahkan hampir semua urusan yang mengharuskan aku pergi menggunakan kendaraan pun, pasti diantar suami. Lha terus, gimana caranya mau buat surpise? Kalau mau pakai kendaraan pasti ditanya, mau kemana ? Lha, masak harus bohong. Entar kalo ada apa-apa di jalan gimana? Itulah sebabnya hampir tak pernah diriku buat surprise. Seringnya di kasih surprise. Hehehe.

Tapi tahun ini, sudah diniatkan sejak awal, pengen bikin kejutan kecil-kecilan. Hal sepele sebetulnya karena keterbatasan waktu sangat mempersempit ruang gerak kami. Ada banyak hal yang terlintas di kepala, tapi lagi-lagi mentok karena tak mungkin dilakukan tanpa diketahui oleh suami. Alhasil, aku pilih cara yang sederhana saja.

Surprise #1
Aku sudah memesan salah satu hotel di daerah tempat kami tinggal. Letak hotel berdampingan dengan salah satu Mall terbesar di Pekanbaru. Hotel Swiss Bel Inn, itu yang kupilih. Kenapa? Karena dari informasi yang aku dapat dari resepsionisnya, setiap malam Minggu ada paket khusus bagi tamu yang menginap di sana. Makan malam dengan menu Barbekyu ! Tak pikir dua kali, aku langsung pesan 1 kamar untuk 1 malam saja. Aku pilih tanggal 14 February bukan karena ada hubungan dengan valentine loh ya. Sejak dulu tidak ada kamus valentine di keluarga kami. Tanggal pernikahan kami sebetulnya tanggal 15 February, tapi jika di pesan tepat di tanggal itu, besoknya harus berangkat kerja dan anak-anak juga sekolah. Hampir tidak mungkin. Apalagi sulungku punya acara sendiri di pagi tanggal 15 February itu. maka ku pikir, check in di tanggal 14 Feb lalu check out di 15 Feb adalah pilihan yang tepat. Karena ini namanya ingin surprise, tak satu pun dari suami dan anakku yang tahu hal ini.


Hotel Swiss Bell Inn SKA-Pekanbaru
Kamar Hotel
Pagi Sabtu, baru aku info ke anak-anak dan suami kalau aku sudah booking hotel untuk menginap selama 1 malam. Anak-anak happy luar biasa. Kami pun berkemas membawa perlengkapan renang dan baju secukupnya. Siang itu kami check in, urung langsung berenang karena pihak hotel sibuk menyiapkan acara valentine malam itu.Akhirnya kami memutuskan jalan-jalan dulu ke Mall SKa yang berdampingan dengan hotel. Ber-barbekyu ria plus makan malam. Lalu berenang keesokan harinya dan langsung check out.

Surprise #2
Aku juga memesan pie coklat dengan tulisan 12th Anniversary ke salah seorang teman. Pie coklat ini kesukaan anak-anak. Bosen juga kalau cake terus. Nah, sebetulnya sejak awal ingin meletakkan kue ini langsung di dalam kamar. Ya lagi-lagi surprise gitu. Tapi gimana caranya ke hotel duluan tanpa ketahuan suami? Mau tak mau terpaksa tidak bisa menjalankan sesuai rencana alias jemput pienya ya bareng suami :-)


Pie buatan mbak Hana Lovely Craft
Surprise #3
Sejak umur fadhli 3 tahun, aku dan suami sudah menanti datangnya bayi mungil lagi. Namun, sudah 5 tahun umur fadhli oktober tahun 2014 lalu, ternyata Allah masih belum mempercayakan kami untukmerawat bayi lagi. Hingga di awal bulan February,suami menyadari jika aku terlambat haid. Tapi aku pikir hanya telat saja karena perut sakitnya seperti mau datang bulan. Meski sebetulnya haidku teratur sekali, jarang sekali telat.

Alhamdulillah, hasil test pack menunjukkan 2 garis. Hasil ini aku rahasiakan dari suami. Baru tanggal 15 February lalu, di hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-12, aku meletakkan hasil itu di sebelah wastafel kamar mandi hotel. Suami langsung memintaku untuk segera cek ke dokter kandungan. Bahagia tentunya, setelah cukup lama menanti:-). Ciwa dan Fadhli juga senang sekali mau punya adek bayi. Semoga Allah SWT melindungi dan menumbuh kembangkan calon bayi kami dengan sempurna, Amiiin.


Alhamdulillah....Sehat terus ya Dedek....:-)
Postingan ini dibuat dengan rasa mual yang luar biasa. Awal kehamilan yang cukup menguras energi :-). Masih banyak yang ingin ditulis dan diceritakan lebih detail. Masih banyak foto yang ingin diunggah, tapi apa daya, rasanya mengetik pun menjadi hal yang cukup berat. Sudah berhasil menuliskan begini saja rasanya sudah luar biasa. Karena ini adalah salah satu moment yang ingin aku kenang....:-)








Jumat, 13 Februari 2015

Kado dari Fadhli

Alhamdulillah, Fadhli berhasil menjadi juara 2 lomba menyanyi tingkat TK se-kecamatan Rumbai. Ibu guru yang melatihnya, Bu Devi, riang luar biasa. Meski sempat berharap sekolah mereka mendapatkan tempat terbaik, tapi bu Devi cukup bangga Fadhli bisa berada diposisi itu.

Fadhli itu memang terlihat lebih pede dibandingkan kakaknya untuk urusan panggung. Sejak kecil, beberapa kali kalau melihat ada panggung pada acara yang digelar di beberapa Mall yang kami datangi, Fadhli seringnya memaksa minta dinaikkan ke atas panggung.

Untuk soal menyanyi, meski belum bisa mengolah vocal seperti layaknya anak-anak yang sering kita lihat di Indonesian Idol Junior, tapi Fadhli juga lebih 'sadar' nada ketimbang kak Ciwa. Ini kami sadari saat kak Ciwa harus berlatih lagu-lagu baru yang akan diambil nilainya di sekolah. Kadang beberapa kali harus mengingatkan Ciwa note yang benar dari penggalan lagu-lagu yang dinyanyikannya. Dan Fadhli yang ikut mendengar seringkali mencoba menyanyikan juga, dan dengan note yang tepat !

Fadhli juga sebetulnya tipe yang moody banget. Sekarang bisa bilang iya, besok-besok bisa berubah. Bahkan kadang dalam hitungan jam saja! Ini ternyata disadari juga oleh Bu Devi. Saat pertama kali latihan menggunakan musik (keyboard) di rumah salah satu guru, beliau menceritakan bagaimana proses pemilihan perwakilan sekolah berlangsung. Sebetulnya ada 2 anak yang sempat menjadi calon kuat yang terpilih. Salah satunya fadhli. Namun menurut bu Devi, fadhli lebih bisa cepat meyesuaikan nada. Jadi seperti ada feeling kalo dia menyanyi pada nada yang gak pas, terus berusaha menyesuaikan. Namun kekuatiran diungkapkan juga oleh beberapa guru yang lain saat tahu Fadhli yang terpilih. Apalagi kalau bukan karena urusan moddy-nya Fadhli itu. Tapi bu Devi berhasil meyakinkan guru-guru lain termasuk Kepala Sekolah TK, bahwa beliau akan bisa merayu Fadhli :-)

Ini adalah kompetisi individu pertama yang diikuti fadhli. Kompetisi sebelumnya biasanya berkelompok (mewarnai) atau berpasangan (fashion show). Sebagai orang tua tentu aku dan suami sangat mendukung kegiatan positif ini. Berharap ini menjadi ajang belajar bagi Fadhli untuk mengasah kemampuan yang dia punya sekaligus membentuk rasa percaya dirinya. Meski jujur, aku sendiri kuatir sekali jika Fadhli tiba-tiba bilang tidak mau ikut.

Tapi apa yang aku kuatirkan alhamdulillah tidak terjadi. Meski setelah latihan dengan musik Fadhli sempat bilang takut jika suaranya nanti tidak sampai pada nada-nada tinggi, tapi keinginannya untuk ikut tidak berubah. Bu Devi juga cukup lihai mengambil hatinya.Tipe guru yang sabar dan pintar mengambil hati anak-anak. 

Sebetulnya pada latihan terakhir, Fadhli masih kadang terlalu cepat atau justru terlalu lambat saat masuk di Refrain. Mungkin karena selama ini belajarnya tidak pernah pakai musik, jadi belum tahu berapa ketukan dari bait terakhir ke bait refrain. Aku sempat kuatir dan berusaha mengajarkannya lagi di rumah dengan merekam musik dari guru fadhli. Tapi karena Fadhli mengeluh capek, aku urung mengajarinya. Aku pikir, kondisi tubuh yang fit juga penting.

Saat Fadhli tampil, aku sudah deg-deg-an saja menunggu hingga masuk ke bagian refrain. Ah, bagaimanapun keberaniannya sudah membuatku bangga. Tapi ternyata diluar ekspektasiku, Fadhli justru masuk dengan sangat tepat pada Refrain lagu. Suaranya, penghayatannya, bikin emaknya ini nangis. Diam-diam aku menyeka ujung mata terus. Ternyata pagi itu sebelum tampil, Fadhli masih sempat berlatih sama gurunya.

Aku beberapa kali mendesah, mendengar  di beberapa bait suara fadhli terasa naik atau turun nadanya. Tapi memang hampir rata-rata peserta lomba menyanyi dengan nada yang tidak sesuai dengan waktu gladi bersih. Kata juri, hampir semua naik satu dari nada yang tercatat pada catatan juri. Tapi di bait selanjutnya, fadhli berhasil masuk ke nada yang benar. Meski ada goyang di sana-sini.

Ini baru langkah awal yang baik. Selanjutnya Fadhli akan kembali ikut di tingkat kota Pekanbaru. Jika kembali mendapat tiga besar, akan tampil dan berkompetisi di tingkat Propinsi. Tapi aku tak ingin berharap aneh-aneh. Olah vokal Fadhli masih apa adanya, pure. Ada banyak anak-anak yang bahkan sudah bisa mengolah vocal bagai orang dewasa. Persaingan akan semakin ketat. Apapun yang terjadi nanti, bagi kami, Fadhli adalah juaranya.Juara di hati Mama dan Papa nya :-)

Penampilan Fadhli bisa dilihat di link berikut :

http://youtu.be/wtu8FjwPIY8
http://youtu.be/3RfYFVB4mjg



10 February 2015
Kado ultah Mama dari Fadhli
:-)
Terimakasih Fadhli Sholeh.



Jumat, 06 Februari 2015

Resensi #5 : Anak-anak Angin

Judul buku       : Anak-anak Angin
Pengarang       : Bayu Adi Persada
Penerbit           : Plot point Publishing
Tahun Terbit   : 2013
Tebal Buku      : 271
Kategori           : Non Fiksi


Cover yang bagus dan 'eye catching'


"Kamu ini udah lulus dari universitas bagus, jurusan bagus, bukan untuk jadi guru!" (hal.3)


Begitulah respon yang harus diterima Bayu dari Bapaknya saat dirinya menyampaikan keinginan untuk mengabdi sebagai salah satu Pengajar Muda pada program Indonesia Mengajar. Penolakan yang tak menyurutkan langkahnya untuk datang ke sebuah desa kecil di Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Desa Bibinoi !.Berbekal do'a tulus dari ibunya, Bayu yakin keputusannya adalah keputusan yang tepat. Bayu menguatkan niat, suatu saat, dia akan membuat bangga Bapaknya.

Hari pertama kedatangan Bayu ke desa Bibinoi disambut dengan matinya listrik. Bayu tinggal bersama keluarga Pak Adin, kepala sekolah SDN Bibinoi. Meski menjabat sebagai seorang kepala sekolah, keluarga Pak Adin terutama anak-anaknya, jauh dari kesan berpendidikan tinggi. Bahkan dari curhatnya pada Bayu, anak tertuanya Mariam tidak lulus perguruan tinggi karena hamil. Di puluhan lembar berikutnya pun diceritakan Bayu, Marli anak keduanya, juga hamil diluar nikah. Keluarga penuh masalah. Bayu tinggal di salah satu kamar di rumah Pak Adin, berukuran 3 x 3 meter berlantaikan pasir, jendela yang pecah satu ruas dan meja yang penuh dengan buku serta berkas-berkas. Mama Saida lah satu-satunya sosok yang membuatnya betah di rumah itu.

Banyak realita yang tak biasa namun harus dihadapi oleh Bayu saat mulai mengajar di Desa Bibinoi. Kebiasaan siswa menaikkan kaki ke atas meja, meludah di lantai ruang kelas, ribut luar biasa dan baku pukul!. Bayu menerapkan beberapa aturan dan punishment bagi yang melanggar. Meski sedikit demi sedikit ada perubahan, namun tak pelak beberapa kali kesabarannya pecah dan menguap entah kemana. Bayu beberapa kali menampar siswa yang berbuat keterlaluan! Bagi sebagian besar guru di SDN Bibinoi, melakukan kekerasan adalah hal yang biasa dan perlu untuk dilakukan mengingat karakter siswa yang sulit sekali diatur. Namun bagi Bayu, apa yang dilakukannya sangat membekas bukan hanya bagi muridnya, bahkan bagi dirinya sendiri. Dia merasa telah kalah.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, banyak sekali hal yang dialami Bayu. Kebahagiaan maupun kepahitan hidup di Desa kecil Bibinoi. Mulai dari kedekatannya dengan anak-anak kelas III asuhannya, keberhasilannya mengikutkan beberapa siswa pada kompetisi pertama mereka : Olimpiade Sains Kuark Nasional, keberhasilannya memperjuangkan kejujuran pada Ujian Akhir Nasional, mengungkap penggunaan dana BOS yang tak sesuai hingga jatuh sakit karena tak terawat sejak Pak Adin terbukti menggelapkan dana BOS.

Review

Buku ini sebetulnya adalah perjalanan setahun seorang Pengajar Muda bernama Bayu mengabdikan diri di desa Bibinoi. Semacam Memoar. Namun, Bayu menuliskannya seakan kejadian-kejadian di dalamnya bagai Novel. Pemilihan katanya pun tak biasa. Menarik.

Di awal, aku menemukan kegalauan dan nyaris luapan emosi yang tinggi dari Bayu saat bertemu dengan murid-murid yang punya kebiasaan tak baik. Sempat terlintas di benakku, cerita selanjutnya akan menjemukan. Bayu adalah seperti seorang guru yang standar, mencoba bertahan namun akhirnya meledak bagai bom. Jujur, di titik aku menyimpulkan hal itu, aku tak lagi bersemangat untuk meneruskannya.

But hey....lalu apa resensi yang nanti akan kubuat soal buku ini. Alright, aku harus menyelesaikannya. Maka lembaran berikutnya masih terus ku buka. Di luar ekspektasiku, pengalaman demi pengalaman dengan tutur yang apik membuatku penasaran seperti apa akhir perjalanan anak muda ini membangun desa Bibinoi. 

Kemampuan Bayu mengambil hati dan perhatian anak-anak didiknya patut diacungi jempol. Orang tua yang tak banyak berperan dalam menyemangati anak-anaknya agar mempunyai pendidikan yang tinggi, membuat tugas seorang guru daerah pinggiran seperti Bayu menjadi semakin berat. Bayu tampak tulus dan sungguh-sungguh ingin agar Desa Bibinoi punya pendidikan yang berkualitas.Tantangan demi tantangan dihadapinya. Bahkan keberaniannya cukup membuatku terperangah. 

Terungkapnya penyimpangan dana Bos oleh Pak Adin, kepala sekolah SDN Bibinoi, adalah salah satu keberanian yang patut dihargai. Keberadaan Bayu membangkitkan keberanian para guru untuk membuka aib yang selama ini hanya menjadi buah bibir di Desa Bibinoi. Pak Adin pun mau tak mau mengakui kesalahannya. Manajemen sekolah pun semakin membaik, meski di rumah Bayu tak lagi diperlakukan sebagai tamu. Beberapa hal terjadi, hingga kesehatan Bayu menurun dan puncaknya, Bayu terkena DBD!

Kejadian-kejadian lain yang cukup menarik untuk disimak adalah semangat Bayu dan teman-temannya sesama Pengajar Muda untuk mensukseskan acara Lomba Sains Kuark, peringatan 17 Agustus hingga pendirian rumah belajar sekaligus lomba cerdas cermat. Semangat yang membara...

Lalu, keberhasilan Bayu meyakinkan para guru dan Kepala Sekolah untuk mengajarkan anak-anak akan nilai sebuah kejujuran pada Ujian Akhir Nasional. Kecurigaan Bayu pada tanggapan dingin siswanya untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi UAN akhirnya terjawab sudah. Ternyata selama ini pihak sekolah membantu memperbaiki pengisian lembar data diri bahkan sampai memberikan bocoran jawaban kepada para siswa pada Ujian Sekolah. Beberapa alasan yang disampaikan oleh kepala sekolah adalah ; bahwa para siswa sering salah mengisi data nama, tanggal lahir bahkan tidak membubuhkan tanda tangan. Akhirnya pihak sekolah setuju dengan saran Bayu, untuk meminimalisasi kecurangan UAN,dengan hanya memberikan bantuan untuk memastikan bahwa data diri diisi dengan benar. Sementara jawaban soal harus mereka usahakan sendiri.

Yang terasa sangat membanggakan dan membuat terharu adalah saat Olan dan Warda lulus ke babak semifinal Olimpiade Sains Kuark Nasional. Betapa bangganya Bayu pada anak-anak didiknya. Bahkan sekolah yang disebut-sebut unggulan tak mengirim satu pun wakilnya ke tingkat semifinal.

Bayu dengan detail menuliskan dan menceritakan tentang anak-anak didiknya. Bagaimana mereka berkembang dengan lebih baik, pelajaran apa yang mereka sukai, hingga anak-anak yang ternyata tak banyak mengalami kemajuan yang berarti. Haru saja rasanya, mengingat bukan hal yang mudah untuk benar-benar perduli dengan anak-anak didik. Bagaimana Bayu meyakinkan dan membuat Olan percaya akan kemampuannya sendiri yang diceritakan di halaman 122, benar-benar membuatku tersenyum haru...

Ada hal lain yang tak kalah mengharukan. Saat Bayu akhirnya menuai buah manis dari hasil ketekunan, keikhlasan dan ketulusannya pada anak-anak SDN Bibinoi. 

"Bayu, Bapak bangga dengan kamu. Do the best for yourself and your student." 

Yup, Bapak telah mengikhlaskan dan berbesar hati atas pilihannya. Kesuksesannya membawa Olan menuju semifinal Olimpiade Kuark Nasional terdengar hingga ke telinga Bapak. Sejak saat itu, Bapak sangat mendukungnya. Bahkan di akhir-akhir masa baktinya, saat ide untuk medirikan rumah baca membutuhkan banyak bantuan materi, bantuan Bapak demikian signifikan bagi terwujudnya ide itu.

Memoar yang menarik tentang perjalanan seorang anak bangsa yang berusaha memberikan apa yang bisa diberikannya bagi Negaranya. Membantu negara menunaikan janji untuk 'Mencerdaskan anak Bangsa'. Sungguh tak akan sia-sia sesedikit apapun pengorbanan. Dalam hati pun terucap do'a semoga semakin banyak anak-anak hebat muncul bukan hanya dari sebuah Desa kecil seperti Bibinoi tapi juga dari seluruh penjuru Negeri ini. Amiiin.

Selasa, 03 Februari 2015

Kebetulan, adakah ?

Kebetulan.


Kata yang sering kita dengar bahkan mungkin kita ucapkan, ya gak sih? Kebetulan-kebetulan yang seringnya mewakili rasa beruntung. Kebetulan saat butuh beli smartphone baru, eh dapat rezeki di luar dugaan. Kebetulan ingin traveling ke suatu tempat, eh dapat hadiah jalan-jalan gratis. Atau kebetulan lagi lapar, eh ada yang ulang tahun #eeh, dsbnya dsbnya.

Lalu, apakah kebetulan hanya sekedar kebetulan semata? Sepertinya tidak. Semua kebetulan yang kita pikir 'hanya' sebuah kebetulan tadi, sejatinya adalah jalan setapak yang sudah digariskan oleh Sang Maha Perencana. Bahkan hal sekecil apa pun. Untuk apa ? Bisa jadi untuk mengajarkan kita beberapa hal, mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin akan berpengaruh besar terhadap diri kita kelak. Bisa juga untuk menunjukkan hal-hal yang akan memberikan momentum bagi perubahan diri kita. Intinya, tak ada kebetulan yang 'hanya' kebetulan.
Segala sesuatunya sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Pertemuan dan perpisahan kita dengan orang-orang yang akan men-support kita, bahkan mereka yang akan menguji keteguhan dan kesabaran kita. Pertemuan dengan simpang jalan hidup yang akan meminta kita untuk memilih satu diantaranya. Berada pada lingkungan yang luar biasa sehingga membuat kita ikut menjadi luar biasa, atau sebaliknya, berada pada lingkungan yang akan memberikan pelajaran hebat tentang bertahan, bersabar dan berserah diri.

Kita bisa jadi tak seberuntung orang lain yang kita kenal. Tapi meyakini bahwa Allah SWT Maha Adil dan Maha Mengetahui setiap hal yang terbaik bagi kita bahkan melebihi diri kita sendiri, adalah kekuatan yang akan membuat kita selalu bersyukur atas jalan-jalan yang sudah, sedang dan akan kita tapaki. In sya Allah.

Mampu mengambil sisi positif dari hal yang baik, adalah pekerjaan yang teramat mudah. Namun menyadari hal positif dari kejadian yang buruk, membutuhkan keyakinan, kesadaran serta tingkat kepasrahan di atas level standar. Tak urung kadang kita terpuruk, merasa tak di sayang oleh-Nya, namun waktu nanti akan membuktikan bahwa kita tak pernah bisa menebak masa depan. Bahwa kadang rencana Allah SWT jauh lebih indah dari rencana kita sendiri :-) 

Kembali ke masalah kebetulan tadi. Ada kebetulan yang menyenangkan, tapi bisa jadi ada kebetulan yang membuat kita merasa sebaliknya. Atau, pada awalnya terasa memberatkan tapi seiring berjalannya waktu justru terasa indah. Seperti apa yang sedang aku alami.

Kembali aktif dalam pertemuan wirid ibu-ibu di masjid dekat rumah bukan hal yang aku rencanakan sebelumnnya. Biasanya aku hanya menghabiskan waktu sore seusai pulang kantor untuk beristirahat atau beberes atau membuat camilan sore hari buat keluarga kecilku. Tapi ada sebab sehingga mau tak mau, harus berusaha menghadirinya. Hehehe, tak perlulah secara vulgar disebutkan alasannya. Meski hadir di wirid berarti mendapatkan ilmu agama, tapi ternyata menghadirinya memang tak semudah bicara :-D.

Awalnya ada yang terasa berat, karena harus merelakan waktu yang sebelumnya digunakan untuk beristirahat. Tapi, aku berusaha untuk tetap datang bahkan menyetel alarm khusus di hape agar tak lupa. Alhamdulillah, ilmu agama sesedikit apapun itu, se-sederhana apapun itu tetap adalah ilmu. Sekarang aku justru bersyukur, diberikan jalan untuk hadir ke masjid. Selain itu tentu saja pertemuan itu juga menjadi ajang silaturahmi dengan tetangga-tetangga sekitar rumah. Jadi ketahuan kalau selama ini banyak tidak tahu dengan tetangga di luar kompleks perumahan, atau sering bertemu dan bertegur sapa tapi tak tahu nama atau alamat rumahnya ;-). 


Sebagai ibu bekerja dengan rutinitas yang hampir itu-itu saja, maka bertemu dengan komunitas baru adalah sebuah refreshing yang cukup menyenangkan. Sejak lama punya keinginan untuk bisa mengisi waktu luang bergabung, berkenalan dan berinteraksi dengan lebih banyak orang dengan berbagai latar belakang. Belajar beradaptasi dan mencari inspirasi. Karena ternyata lingkungan dan latar belakang akan menyebabkan banyak perbedaan-perbedaan termasuk pola pikir dan kebiasaan. Meski dulu yang diincar adalah komunitas yang berbeda, tapi aku tak ingin menyesal ditunjukkan jalan untuk mengenal yang lainnya. Karena kini sedikit-sedikit terasa nikmatnya, in sya Allah bisa terus mempertahankan pikiran positif ini. Meski tak hanya hal-hal menyenangkan yang kita lewati bersama orang-orang baru, tapi berusaha mengambil sisi baiknya saja :-)


Lalu, kebiasaan baru mengantar anak les. Sulungku punya tambahan aktifitas baru sekarang. Mau tak mau ada tambahan usaha untuk antar jemputnya. Dua dari jadwal yang sudah ditentukan dari tempat lesnya mengharuskan kami lebih sering mampir ke masjid di sekitar tempat tersebut. Dulu sering juga kunjung ke masjid itu, waktu masih ngontrak rumah di sekitaran masjid tersebut. Tapi sudah lama sekali tidak. Sehingga aku dan suami baru sadar dan tahu bahwa sekarang masjid itu sudah sangat besar dan sangat indah.


Alhasil, ada refreshing baru untuk tempat ibadah. Mendengarkan ceramah-ceramah dari ustad-ustad baru (bagi kami) sambil menunggu si sulung pulang. Lebih jauh, karena mengantar lesnya ba'da maghrib, maka cukup banyak waktu luang sampai dengan menunggu isya. Alhamdulillah, kebiasaan di masjid tersebut adalah membaca Al-Qur'an sambil menunggu waktu isya tiba. Sekali lagi, entah apa ini kebetulan. Tapi aku bersyukur, diberikan jalan, tempat, waktu untuk lebih banyak akrab dengan Kalamullah. Bersyukur karena masih diberi cara-cara indah dan ajaib saat lalai. Tak sanggup membayangkan yang sebaliknya.....#Ampun Ya Rabb....



Sumber Gambar

Kebetulan atau tidak, harapan dalam diri hanya agar tahu diri dan sadar serta lebih sensitif setiapkali mendapat 'teguran' bahkan yang halus sekali pun. Sejatinya manusia di dalam hati yang paling dalam merindukan kasih sayang Penciptanya dan takut akan amarah-Nya. Siapapun, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Tulisan ini adalah kenangan dari proses belajar dan terus belajar memaknai setiap kejadian yang dilewati serta menuliskannya sebagai jurnal dari sejarah hidup.

Masih banyak lagi kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup kita, tersirat dalam hati, menggerakkan diri berbuat sesuatu yang in sya Allah adalah kebaikan. Semoga Allah SWT masih berkenan 'menyentil' dengan cara yang baik, Amiin.