Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Sabtu, 23 Mei 2015

My Pregnancy Story: There is always a different story in every pregnancy

Merasakan kehamilan adalah dambaan setiap wanita. Keinginan memiliki buah hati pada masa-masa tertentu yang kita harapkan, belum tentu dijawab langsung oleh Sang Maha Pemilik Kehidupan. Dan itu terjadi pada keluarga kami. Sejak awal, aku dan suami sepakat untuk memiliki setidaknya 4 anak yang nantinya akan meramaikan rumah kami, tentu saja jika Allah ridho menitipkannya pada kami. Tapi, saat usiaku hampir memasuki 36 tahun, aku belum juga hamil lagi. Sementara anak keduaku pun sudah menginjak usia 5 tahun. Padahal aku sudah menanti momen tersebut sejak usianya 3 tahun.

Kisahku tentang masa-masa penantian menunggu anak pertama juga cukup menguras energi dan airmata. Begitu banyak hal yang kami lalui, sampai akhirnya, putri mungil kami lahir ke dunia. Kisah itu aku bagi di sini

Allah Maha Tahu, insya Allah aku meyakini hal ini. Aku tak pernah menggunakan KB jenis apapun. Karena tanpa KB pun, ke-2 anakku sudah diberi jarak alami oleh Sang Pemberi Rezeki. Sulungku lahir setelah 3 tahun pernikahan kami dan anak kedua kami lahir 3 tahun berikutnya. Dan Alhamdulillah, setelah menunggu dengan harap cemas, sekarang aku sedang hamil anak ketiga yang berarti jaraknya 6 tahun dengan anak keduaku.

Insya Allah, Allah telah memberikan saat yang tepat. Aku adalah ibu bekerja, yang terkadang dituntut untuk mampu membuat planning yang tepat kapan harus melakukan sesuatu untuk karir dan kapan waktunya untuk keluarga. Karena dalam beberapa hal, keduanya sulit untuk bisa berjalan berdampingan. Karena pasti tak akan maksimal di satu pihak.Tapi sekali lagi, manusia hanya punya rencana, tapi Allah yang akan menentukan.

Kehamilan ketiga ini tentu saja membuat aku dan suami behagia luar biasa. Belakangan sebelum aku hamil, aku sering sekali bercerita tentang perkara ini. Mengapa aku tak jua hamil dan betapa rindunya kembali memeluk bayi mungil. Believe or not, aku bahkan bermimpi beberapa kali tentang kehamilanku beberapa hari sebelum akhirnya suamiku menyadari bahwa aku terlambat haid ! Yup.....suami yang sadar bukan aku. Kenapa? Entahlah, setelah cukup lama menunggu, aku jadi agak pasrah dan tak mau ngoyo menunggu apakah saat jadwalnya tiba, aku terlambat atau tidak. Haidku sangat tepat waktu. Hampir tak ada yang namanya terlambat walau 1 hari. Hitungannya selalu tepat. Sehingga seringkali melow kalau setelah deg-degan menunggu tapi ternyata si bulan datang. Akhirnya kuputuskan untuk pasrah. Mau datang ya datang...silahkan saja. Jika memang Allah menghendaki aku hamil, waktu itu akan tiba. Begitu akhirnya, meski harap tetap aku simpan di sudut hati.

Setelah menyadari bahwa haidku telat, aku tak serta merta memeriksakannya ke dokter atau sekedar melakukan tes menggunakan test pack. Jangan tanya kenapa, rasa kuatir akan kecewa lebih besar dari rasa penasaranku saat itu. Meski sebetulnya, seperti yang tadi aku sampaikan, aku hampir tidak pernah telat haid. Dan dari pengalaman sebelumnya pun, setiap kali telat, maka biasanya memang aku hamil. Selain itu, aku ingin buat surprise saja pada suami dan anak-anak. Aku menunggu momen 12 tahun pernikahan kami untuk menunjukkan hasil tes pada suami dan anak-anak. Ceritanya kutuliskan di sini....:-)

Segera setelah mengetahui kehamilanku dari hasil test pack, suami memintaku segera mencari waktu untuk menemui dokter kandungan. 


Si garis dua yang selalu dinanti

Kista diameter 6 cm

Aku tak pernah menyangka jika kehamilan kali ini disertai adanya kista yang sudah cukup besar, berdiameter 6 cm lebih ! Takut? Pasti, aku tak pernah punya pengalaman soal kista. Apalagi di saat hamil. Saat melakukan USG, dokter kandunganku justru langsung mengenali kista dibandingkan melihat keadaan kantong rahimku. Saat itu dokter mengatakan, bahwa ukuran kantong rahimku masih sangat kecil. Aku menangkap seakan sang dokter hanya fokus pada kista dan menganggap aku belum hamil. Segera aku sampaikan bahwa aku sudah melakukan tes sendiri dan muncul dua garis. Setelahnya barulah beliau menyampaikan beberapa hal terkait kehamilanku dan kista yang ada. 

Menurut beliau, kista tersebut bisa saja muncul akibat kehamilan itu sendiri. Jika memang itu yang terjadi, maka biasanya dengan diberikan obat penguat nantinya kista tersebut akan mengecil dengan sendirinya. Namun jika tidak dan kista terus membesar, maka akan dilakukan pengangkatan kista pada usia tertentu kehamilan. Namun jika kistanya tidak terlalu membesar dan tidak menganggu, maka pengangkatan kista akan dilakukan berbarengan dengan kelahiran sang bayi. Tentunya dengan seksio atau caesar. Setelah memberikan resep obat penguat, dokter memintaku kembali check up setelah 15 hari.

Aku dan suami terus berdo'a agar kista yang ada di rahimku tidak semakin membesar dan bisa segera hilang. Alhamdulillah, setelah kembali check up ke dokter, kondisi kista mengecil menjadi hanya berdiameter 3 cm saja. Itu pun tidak terlihat jelas dengan USG melalui perut, namun bisa dilihat dengan USG trans vaginal. Di kedatangan berikutnya, tidak lagi terlihat ada kista. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT.

O ya,tentang kista yang sudah sebesar itu, apakah aku tidak merasakan gejala apapun? Sebenarnya sudah sejak sekitar 6 bulan sebelumnya, aku sering mengeluh sakit dan nyeri pada bagian perut bawah kanan. Awalnya aku pikir usus buntu. Tapi karena sakitnya hilang timbul, aku pikir tak terlalu harus khawatir. Sehingga rencana berkali-kali dari dokter keluarga untuk USG juga tak aku jalankan. Ah.....ini jadi pelajaran berharga. Bagi perempuan, sakit di bagian perut bawah itu harus segera dicari tahu. Begitu banyak penyakit-penyakit berbahaya yang bisa menyerang daerah rahim.

Morning sickness ? No, it is an Allday sickness, actually.

Seperti halnya mayoritas ibu hamil, aku juga merasakan berbagai perasaan dan keadaan tak nyaman selama trimester pertama kehamilan. Namun jika yang lain hanya merasakan mual dan muntah di pagi hari, maka aku justru merasakannya sepanjang hari. Bahkan terasa tanpa jeda! Tapi ini bukan hal baru bagiku. Dua kehamilan sebelumnya pun demikian yang aku alami. Hanya saja, memang benar, ternyata setiap kehamilan mempunyai ceritanya sendiri-sendiri

Kehamilan kali ini kurasakan mual dan muntah yang luar biasa. Kalau saat kehamilan pertama dan kedua aku masih bisa melakukan cukup banyak aktifitas, justru pada kehamilan kali ini, hampir tak ada yang bisa kulakukan selain tidur. 

Hal biasa yang juga terjadi pada kehamilan kali ini adalah : aku tak bisa mencium aroma masakan maupun bumbu-bumbu, meski tak suka bau makanan tapi masih cukup makan, tidak suka bau minyak wangi ataupun pengharum ruangan, takut masuk kamar mandi, muntah saat gosok gigi dan lain sebagainya. 

Yang berbeda dan membuat terasa lebih 'berat' adalah : aku tak tahan dingin, muntah lebih sering hingga lemas, tak suka bau daun seledri,tak suka bawang goreng, hanya selera jika makanan berkuah terutama sop daging, menjelang tengah malam rasanya dari dada hingga perut terasa panas hingga tak bisa tidur, bahkan terlalu banyak ngomong atau cerita membuatku serasa masuk angin dan ingin muntah. Hal ini membuat aku harus 'mengungsi' beberapa waktu dari ruang kerja agar tak terlalu mudah mual dan muntah. Mencari tempat yang lebih hangat tanpa pendingin udara dan tanpa pewangi ruangan. :-)

Ketidaknyamanan tersebut berlangsung hingga minggu ke 15 kehamilan. Alhamdulillah setelahnya lebih segar dan semangat. Bahkan bobot tubuh segera naik hampir 3 kg dalam waktu kurang dari sebulan. Hehehehe.

Perhatian suami is the best motivation ever

Saat MS atau AS melanda....tentu saja pengertian dari orang-orang terdekat sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Perasaan nyaman dan tenang bisa mengurangi beban berat yang ditanggung. Apalagi pengertian dan perhatian dari suami tercinta.

Alhamdulillah, suami begitu pengertian dan perhatian. Sejak awal kehamilan dan mulai merasakan ketidaknyamanan hingga sering tak mampu bangkit dari tempat tidur, suami sudah mengambil alih hampir semua tugasku di rumah. Menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan perlengkapan anak-anak termasuk memandikan si bungsu Fadhli serta semua hal kecil yang biasa aku kerjakan. Tentu saja hal ini sangat membantu, bagaimana tidak, saat pagi hari, memikirkan diri sendiri untuk bisa bangun lalu mandi dan bersiap berangkat kerja saja sudah masalah sendiri bagiku saat itu. Pengertian suamiku ini membuatku bisa lebih kuat dan tegar menjalani trimester pertamaku. Meski sangat tidak nyaman, aku tahu ada yang begitu support dan memperhatikan kebutuhanku....:-) 

Pernah beberapa kali di awal kehamilan, aku merasa sangat mual dan tak ada makanan yang bisa masuk. Bahkan tidur pun tak menghilangkan rasa tidak nyaman itu. Aku menolak makan. Tapi suamiku dengan sabar menasehatiku untuk ingat bahwa ada calon bayi dalam rahimku yang harus aku perhatikan. Bahwa aku harus makan meski sulit. Akhirnya aku makan juga meski hanya beberapa suap saja. Disuapin suami sambil nangis. Bukan karena sedih atau haru loh ya, tapi karena tak kuasa menahan rasa mual yang begitu berat.

So....untuk para ayah dan calon ayah....kudu perhatian sama istri yang lagi hamil ya. Biar ibu dan calon bayi bisa sehat dan bahagia......:-)

Bahagia Bersama

Sejak perut Mamanya mulai menggelembung, Kak Ciwa dan Abang Fadhli sudah mulai heboh. Setiap kali tanya kapan dedek bayinya lahir. Atau, mengelus perutku sambil bilang, "Dedek sehat ya" atau "Dedek cepat besar ya dan cepat lahir". Semua hal yang bisa membuat senyum sumringah di wajahku. Meski seringkali juga aku harus mampu 'melerai' adu mulut kedua anakku soal jenis kelamin adiknya kelak.

Yup, kedua anakku itu menginginkan jenis kelamin yang berbeda untuk adiknya kelak.Si sulung Ciwa lebih suka punya adik perempuan, sementara si Abang lebih suka adik cowok yang bisa diajak main mobil-mobilan. Bukan sekali dua kali saja 'pertengkaran' itu terjadi. Sering sekali. Bahkan kadang sangking kesalnya si abang bilang begini : 'Ma,ya udah...Mama punya adiknya dua-lah seperti Hadi-Ranu (tetangga yang kembar). Weleh....

Aku terus berusaha menjelaskan kepada keduanya,bahwa apapun nanti adiknya,laki-laki atau perempuan sama saja.Yang terpenting adiknya sehat jasmani dan rohani, lengkap tanpa ada kurang suatu apapun. Bahwa apapun jenis kelamin adiknya nanti mereka tetap harus menyayanginya. Meski belum bisa menerima dengan legowo, biasanya keduanya akhirnya mengangguk.

Masalah jenis kelamin ini sepertinya dianggap serius oleh si Abang. Pernah suatu kali, pengasuh di rumah bilang begini : 'Kalau Mama suka makan sup daging, berarti adiknya cewek', sambil menggoda si Abang. Tanpa menjawab, anak laki-lakiku itu langsung berlari menghampiriku di kamar sambil berkata : 'Mama, jangan makan sup daging lagi yaaaa', pintanya penuh harap. Ya ampuuunnn....hehehehe. Bahkan beberapa hari setelahnya saat dia memergoki aku makan sup daging, dia protes: 'Mama kok makan sup daging???', sambil manyun. Oalah anakku.....

Begitulah, kehadiran calon dedek bayi di dalam perutku memberikan cerita yang berbeda di rumah kami. Bahkan suamiku pun beberapa kali bertanya, 'Udah kerasa gerakan adek Ma?'. Sepertinya sudah tak sabar merasakan sensasi meraba perutku untuk merasakan gerakan dan tendangan si dedek bayi :-)

Ah....bahagia bersama, baiti jannati. Kini kehamilanku sudah di trimester kedua. Semoga Allah SWT melindungi calon bayi ini, menyempurnakan pertumbuhannya, melancarkan proses hingga persalinannya, dan menjadikannya kelak sebagai hamba yang sholeh sholeha, Amiiin.




Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi menulis yang diadakan oleh NUK Indonesia dengan tema #Pregnancy Story



10 komentar:

  1. aamiin....
    sehat2 ya mbk,ternyata kista bisa muncul karena kehamilan ya,saya baru tahu

    BalasHapus
  2. Terharu bacanya... saya juga lagi pingin hamil lagi. Mohon doanya ya Mak. Semoga ibu n baby sehat terus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin....semoga Allah SWT berkenan memberikan keturunan lagi pada Mak Emma dan keluarga dalam waktu dekat....
      Makasih Mak Emma....:-)

      Hapus
  3. Iya,begitu informasi dari dokternya Mak HM Zwan....
    Makasih do'anya...:-)

    BalasHapus
  4. Salam kenal, wah luar biasa yah seorang ibu itu, Semoga kelahiran anak ketiganya sehat ya mbk buat ibu dan dedeknya...jadi pengen meraskan hamil

    BalasHapus
  5. Amiiin ....
    Terima kasih do'anya Mbak Ayuri....
    Salam kenal....:-)

    BalasHapus
  6. Saya sedang ikhtiar untuk punya anak kedua. Meski sudah punya anakpun kalau merasa sudah program tapi belum hamil juga rasanya deg deg an juga. Tapi berusaha bersyukur sudah punya seorang anak & berusaha bersabar, insyaa Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah akan indah pada waktunya ya mbak Heni...:-)

      Hapus
  7. teimakasih banyak, sangat menarik pembahasnnya

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir di blog ini. Feel free to make any comment yaaa...