Ngedapur setelah kerja itu sesuatu ya. Meski badan
dan kadang pikiran lelah, harus tetap temenan sama kompor dan kawan-kawan biar anak-anak bisa makan masakan rumahan. Tapi kalo sudah selesai, lalu dimakan dengan lahap,
diapresiasi dengan dibilang ‘’Enak Ma’’. Lelah itu seakan terbayar dan hilang seketika.
Apalagi diapresiasi oleh suami dengan tanya :”Besok maunya kita makan dimana?”
atau “Mama besok mau jalan kemana?” Berbunga-bunga hati....😍
Begitu besarnya pengaruh apresiasi ya. Hati yang senang mempengaruhi rasa kita terhadap kondisi tubuh. Bahkan setelahnya akan mikir, besok buat apa lagi ya, yang anak-anak suka. Ya gak sih? Karena pada dasarnya manusia tendesinya akan mencoba mempertahankan rasa bahagia yang dihasilkan dari apresiasi yang didapat (Indrawan Nugroho-2023).
Ini mengingatkan diri untuk selalu berusaha mengapresiasi capaian-capaian yang diperoleh oleh anak-anakku, termasuk mahasiswaku.
Sehingga kadang tidak bisa rasanya jika kita hanya berharap, tanpa mengajarkan secara praktis, bahwa nanti siswa-siswa kita akan 'jalan' tanpa di-trigger. Berharap bahwa itu akan menjadi prestasi mereka bukan karena kita. Menurut saya, kita harus berusaha memahami karakter siswa sehingga tidak selalu cara yang gampang dan ringan bagi kita akan berhasil. Kecuali, mereka sudah terbentuk menjadi anak-anak emas yang memang akan berkilau tanpa perlu diasah lagi. Karena tidak semua kita seberuntung itu. Jadi, effort awal tetap harus dilakukan.
Sometimes pada tahap awal, kita harus “menjerumuskan” mereka pada suatu kegiatan yang bisa memberikan pengalaman kepada mereka tentang bahagianya bisa melakukan yang terbaik bahkan menghasilkan prestasi. Dan mungkin di tahap awal itu, sebut saja bahwa prestasinya masih mayoritas prestasi kita, karena banyak hal yang kita bantu rencanakan, kita kontrol dan lain-lain. Menurut saya ini sah saja, karena dalam tahap inilah mereka belajar tahapannya dan cara-cara menjalankannya. Prosesnya mungkin akan melelahkan, tapi mereka akan belajar banyak hal, mulai dari managemen waktu, membuat perencanaan dan timeline, koordinasi, bagi tugas, bertanggung jawab atas tugasnya dan banyak lagi. Mereka nanti akan paham, bahwa pengorbanan dibutuhkan untuk sebuah hasil yang maksimal.
Oh ya, jangan kita lupa, kebahagiaan tadi itu juga harus didukung penuh dengan apresiasi yang pantas yang bisa memberikan pengalaman bahagia yang luar biasa sehingga siswa-siswa ini secara alam bawah sadar akan merencanakan prestasi-prestasi lanjutan tanpa perlu dimantik. Kalau sudah mencapai level ini, tujuan bahwa prestasi mereka adalah hasil mereka, inshaAllah akan bisa dicapai. Tugas kita tinggal mengarahkan saja. Lalu jadikan siswa-siswa ini mentor bagi adik-adiknya, agar lebih banyak lagi yang ‘terjerumus’.
------------------------------------------------------
Kerenn buk, ditunggu buk blog baru ny🔥🔥
BalasHapusMakasih. Siapapun kamu, tq sudah membuat saya kembali ingin menulis...🙏
HapusPrestasi menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk para pejuang, apalagi kalau sudah berhasil mencapainya pasti sangat membanggakan. Untuk ke arah sana sendiri tidak mudah perjuangannya, ya, memang perlu diawali dari kebiasaan-kebiasaan kecil dulu. Sangat bermanfaat ini sharing-nya, terima kasih!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBetul mba. Mulai dari yang kecil, sehingga akan lebih siap untuk yang besar. Memulai pasti sulit, Krn akan bermain diluar comfort zone. Makanya kadang harus ada sedikit paksaan, hingga akhirnya menikmati prosesnya...
HapusTq sudah mampir mba 🙏🙏