Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Iboih Beach, Sabang, Weh Island, Aceh.

Jumat, 03 Oktober 2014

My Great Man(s) - Ayah

.....
Untuk...ayah tercinta 
Aku, ingin bernyanyi
Walau..air mata di pipi ku
Ayah...dengarkanlah
Aku, ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi...
(Rinto-Harahap)

.....
ayah....dalam hening sepi ku rindu
untuk...menuai padi milik kita
tapi kerinduan hanya tinggal kerinduan
anak mu sekarang banyak menanggung beban...

....Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan 
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
 kini kurus dan terbungkuk ...
 Namun semangat tak pernah pudar
 meski langkahmu kadang gemetar 
kau tetap setia
(Ebiet G Ade) 
 
.....
Tuhan tolonglah 
sampaikan Sejuta sayangku untuknya 
Ku terus berjanji
 Tak kan khianati pintanya 
Ayah dengarlah betapa sesungguhnyaKu mencintaimu 
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu 
(Gita Gutawa)

-----------------------------------------------------------------

Selalu ada lelaki dalam hidup seorang wanita kan ?
Tentu saja....yang pertama adalah Ayah, orang tua kita. Sosok laki-laki hebat pertama yang kita kenal.Yang mengajarkan banyak hal...termasuk tentang hidup dan perjuangan yang mewarnainya. Yang mengajarkan untuk tetap tegar dan tersenyum dengan segala coba yang datang. Dan mengajarkan bagaimana menghormati dan menyayangi orang tua.

Foto Papa dan Mama

Memori tentang seorang ayah di ingatan ku, begitu luar biasa. Hal yang ku syukuri dalam hidup. Memilikinya, adalah hal terindah dalam hidupku, hidup anak-anaknya. Ingin kutorehkan beberapa hal, yang begitu membekas dalam ingatan ku tentangnya. Tentang sosok lelaki luar biasa......salah satu surga dunia ku.

  • Setelah sepeninggal Mama, kehidupan beliau berubah 180 derajat. Radio Orari yang dulunya selalu menjadi bagian dari hari-harinya, mulai dilupakan. Perlahan namun pasti, kepergian Mama menyadarkannya tentang hidup yang sesungguhnya. Dia tak lagi mudah marah. Dan yang paling membekas bagiku, tak sekali pun sholat malam di lewatkannya. Setelah aku lebih dewasa, setiap kali curhat tentang masalah yang aku hadapi, takkan pernah lupa beliau mengingatkan untuk sholat malam. Bagiku, ini adalah salah satu dari 'harta warisan'nya bagi kami, anak-anaknya. 
  • Beranjak remaja, komunikasi ku dengan beliau semakin baik. Beliau sering mengajakku  berdiskusi. Meski bukan masalah kantor, hanya untuk masalah rumah. Untuk masalah kantor, Papa memilih menyimpan dan menyelesaikannya sendiri. Aku tau,beliau tidak ingin kami ikut pusing dengan masalah-masalah itu. Meski,dia sendiri nyaris tak punya tempat untuk berbagi. Tapi ,beberapa hal, tak mampu ditutupinya dari kami. Acapkali aku melihatnya tertidur di depan tivi di ruang keluarga, dan...terlihat sangat lelah. Ketika saat seperti itu datang, aku selalu merasa ketakutan dan ingin menangis, kekhawatiran jika beliau tak lagi bangun dari tidurnya *efek ditinggal Mama* Aku pun sering memperhatikan gerak - gerik beliau. Sampai pada makanan yang beliau suka. Awalnya aku tak suka makan sayuran mentah. Rasanya sungguh aneh. Tapi karena selalu melihat beliau menyukai lalapan mentah, aku pun ikut. Aku masih ingat, bagaimana aku memperhatikan beliau makan sayur kol mentah. Begitu menikmati bahkan suara kres-kres dari sayur kol yang dikunyahnya membuatku tertarik mencoba. Dan..setelah ku rasa, tak pahit. Maka sejak saat itu pun aku menyukai kol mentah. Bukan karena aku suka, tapi karena ingin mengikuti beliau. Meski sekarang, aku menyukai kol mentah karena memang segar dan menurutku rasanya manis...:-)
  • Papa begitu menyayangi Mama. Jika beliau bercerita tentang masa kecil kami, tak pernah absen untuk menyanjung almarhumah. Tentang kesabaran Mama terhadap kami. Bagaimana Mama menyayangi kami. Sampai saat ini. Akan kuceritakan tentang ini lain kali :-)
  • Sepeninggal Mama, beliau segera membangun sebuah rumah yang dulunya adalah impian Mama. Mewujudkan mimpi istrinya yang telah tiada. Beberapa pekerjaan dilakukannya sendiri diantara hari liburnya. Pada saat rumah tersebut mulai di beton, meski belum selesai, aku ingat, hampir setiap malam Sabtu atau Minggu, beliau akan mengajak kami mengunjungi rumah tersebut. Membeli camilan, lalu duduk di lantai atas rumah, menggelar tikar, memakan camilan tadi sambil menatap bintang-bintang dan berbagi cerita. Tak satu pun dari kami, seingatku, pernah bertanya...kenapa hampir setiap malam libur kami di bawa ke sana. Tapi setelah lebih dewasa.....aku mulai mengerti sebabnya.
  • Papa menunjukkan kepada kami, bagaimana dia perduli kepada orang lain. Bagaimana dia menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu orang lain. Berbagi pada yang kurang beruntung. Pernah suatu kali, beliau mengatakan : Anak-anaknya semuanya jauh (pada waktu itu, aku kuliah di Surabaya, adikku kuliah di bandung dan medan, papa sendiri di Aceh). Dia memiliki keyakinan, bahwa jika dia membantu orang, maka jikalaulah nanti anak-anaknya menemukan masalah di tanah orang, niscahya akan ada yang membantu. Keyakinan yang menghujam dalam hatiku.
  • Aku ingat, saat baru menikah dan masih tinggal terpisah (suamiku masih kerja di Batam saat itu), kakek sakit keras. Aku berkeras ingin berangkat sendirian menggunakan travel dari Pekanbaru ke Palembang. Tapi suamiku keberatan, dia kuatir, karena aku belum pernah naik travel ke sana. Waktu itu,aku memutuskan bertanya kepada Papa,meminta izinnya untuk segera berangkat hari itu juga.Tapi jawaban Papa saat itu mengecewakanku. Beliau justru mengingatkanku,bahwa saat itu, justru tempatku meminta izin bukan lagi padanya, tapi pada suamiku. Aku menangis luar biasa setelah itu, karena aku kuatir akan kondisi kakek....tapi kemudian....aku sadari, itu adalah satu pelajaran penting yang diajarkannya pada ku. Bahwa setelah menikah,maka surga ku berada pada ridho suamiku. Love you Pa.....
  • Dan yang paling membekas dan sering kali membuatku merasa bersalah adalah : papa begitu sayang pada kedua orang tuanya. Sangat. Itu yang tak kan mampu aku ingkari. Bukan sekedar kata, namun dibuktikan secara nyata. Aku sangat paham, dengan rezeki yang papa dapatkan, dengan anaknya yang banyak dan butuh biaya sangat besar, sulit bagi papa memberikan materi yang melimpah bagi orang tuanya. Tapi....kebahagiaan batin keduanya begitu beliau perhatikan. Aku sendiri tau dan mendengar langsung dari nenek dan kakekku, bagaimana mereka memuji anak tertuanya itu. Papa tidak banyak pergi untuk rekreasi sana sini saat punya libur. Karena baginya, libur adalah waktunya untuk melihat ke-2 orang tuanya. Hal ini tidak pernah berubah, hingga pada saat ke-2nya telah tiada. Beliau pernah berkata : Justru saat hidup itu yang perlu kita datangi dan kunjungi, jika telah tak lagi bernyawa,hanya pusara,....tidak lagi bermanfaat. Pelajaran luar biasa bagiku.Setiap kali teringat bagaimana beliau menyayangi kedua orang tuanya, bulir-bulir air mata ini tak kuasa aku tahan.....aku masih tak mampu membalas, berbuat yang sama bagi beliau.....Ya Rabb....hanya Engkau yang mampu membalas baktinya pada kedua orang tuanya. Berikanlah balasan surga baginya Ya Rabb....Amiiin #mewek# Ya Allah, aku pun ingin meraih surgamu karena menyayangi dan berbakti pada kedua orang tuaku..... 
Masih banyak sekali hal luar biasa yang menjadi catatan berharga dalam perjalanan hidupku. Papa tipe yang kurang bicara tapi banyak memberi contoh. Sosok ayah yang di-hadiah-kan untuk kami, anak-anaknya, meski Allah SWT mengambil Mama bahkan di saat aku masih belum mengerti apa artinya ditinggal oleh seorang ibu.

Kini,beliau semakin renta.Setiap kali aku menjenguknya saat Lebaran, tubuhnya semakin tak lagi bisa berdiri tegak. Aktivitas kerjanya yang sarat bersinggungan dengan aktifitas fisik, menyebabkan beberapa bagian dari syarafnya terjepit. Ya...papaku masih bekerja,hingga saat ini,diusianya yang tak lagi muda.....:-(


Our Lovely Papa


Keadaannya sekarang membuatku selalu mewek setiap mengingatnya. Justru frekuensi menelponku menjadi berkurang. Aku kadang tak tau harus bicara apa, karena selalu terbawa emosi dan ingin menangis....Tuts hape yang awalnya sudah mulai ditekan,seringkali urung karena aku sudah menangis duluan.....

Dokter bilang, usianya yang sudah tua, menyebabkan tindakan operasi justru berbahaya baginya. Jadilah beliau hanya menjalani terapi dan makan obat terus menerus *hiks* Rasa sakit itu ditahankannya saja...meski katanya, sakitnya luar biasa.....*nangis*

Papa,juga bukan tipe yang sedikit saja sakit mengeluh.Ah...bahkan aku kadang tak habis pikir, sesuatu yang bisa membuat rasanya jantungku mau copot begitu tau, baginya adalah hal biasa. Dia kadang hanya tertawa saja menceritakannya. Mulai dari dulu saat megangkat meja rias Ligna peninggalan Mama ke lantai 3 rumah, yang kacanya jatuh dan merobek cukup besar bagian lengannya.Yang hanya diobatinya dengan betadine tanpa ke dokter.Padahal luka itu lebar dan menganga.....aku ngeri mengingatnya. Lalu berita kalau bagian dari jari tangannya terpotong saat memperbaiki bagian dari alat berat di tempatnya bekerja, atau hampir jatuh dari tumpukan seling atau pipa-pipa, atau saat beliau masuk kedalam sebuah pipa, lalu tersangkut di tengah-tengah pipa tersebut. Sesuatu yang seharusnya tak dia lakukan, tapi kecintaannya terhadap pekerjaannya, membuatnya melakukan banyak hal yang seharusnya dilakukan oleh orang lain. Ya Rabb.....hanya do'a yang mampu kupanjatkan bagi keselamatannya. Lindungi papaku ya Allah....

Tapi sakit kali ini....katanya sakit luar biasa.....*nangis lagi* Maka aku tak kuasa membayangkan,seperti apa rasa sakit itu,hingga kali ini,beliau mengakui bahwa rasanya sakit. Itu pun,masih juga disembunyikannya dari orang lain, termasuk rekan kerjanya. Bagi mereka, Papa tetaplah atasan yang selalu bisa menunjukkan contoh perilaku bekerja yang baik. Tidak mau hanya diam dan duduk di kantor. Padahal.....dari ceritanya lewat adikku, aku tau, ternyata kadang untuk menghilangkan panas di kakinya akibat sakitnya,dia harus mengompres kakinya dengan es, saat semua rekan kerjanya sudah tertidur pulas (saat Papa tugas keluar kota).

Entah bagaimana perasaanku saat ini.....entahlah, tak mampu diungkapkan. Setiap kali aku ingat beliau, hanya bulir-bulir bening ini terus yang keluar....Ya Rabb....jikalaulah boleh hambamu ini meminta dan memohon....Maka aku mohon, kuatlah Papa ku menghadapi cobaan ini,semakin lekatkan dia pada-Mu, kurangi sakitnya Ya Rabb. Jika tiba waktunya, kembalikan dia dalam keadaan Khusnul Khotimah....buat hatinya selalu terpaut pada-Mu Ya Rabb....Amin.

Pa, engkau adalah salah satu surga dunia-ku,dan bagi keluarga kecil-ku. Do'a-do'a mu selalu kami harapkan untuk membantu keluarga kecil ini menuju keluarga yang Sakinah Ma waddah Warahmah. Semoga kami,menjadi anak-anak yang tidak merugi, karena mendapati orang tua kami yang sudah tua,namun kami tidak berbakti. Takkan mampu kami membalas semua budi baikmu Pa, sampai akhir dunia pun.....Maka mohon ikhlaskanlah segala hal yang telah Papa korbankan bagi kami ya Pa. Maafkan atas keterbatasan bakti kami. Di dalam hati kami, Papa adalah sosok yang takkan tergantikan....berada pada tempat istimewa,di dalam relung hati kami. Semoga Allah SWT menyayangi mu Pa.......

Papa dan adik-adik ku


Yang kangen Yai,
Cium sayang buat Yai
Dari Anak, Menantu dan Cucu
Ciwa,Fadhli,Dhona,Iwan

Rumbai,tak jelas tanggal berapa,menjadi draft selama berminggu-minggu.


Tunggu cerita selanjutnya ya, masih tentang sosok laki-laki di hidupku, My Great Man(s)-Suami.








4 komentar:

  1. Aaah, aku mewek baca ini, mata berkaca-kaca, untung di rumah.
    Jadi kangen almarhum Bapakku, laki-laki terbaik dalam hidup.
    Daughter always be princess to her daddy :)

    BalasHapus
  2. Absolutely Agrre Mbak Indah....
    Ayah adalah sosok laki-laki terbaik bagi anak-anaknya
    Semoga Tuhan menyayangi orang tua kita ya Mbak...
    Amiiin....

    BalasHapus
  3. waaah saya ikut nangis bacanyaa ..perjuangan ayah sangaaat besar

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir di blog ini. Feel free to make any comment yaaa...